Info Otomotif
Jakarta, 18 Agustus 2025 – Pasar mobil listrik bekas di Indonesia tengah mengalami tren penurunan harga signifikan. Sejumlah model yang baru berusia dua hingga tiga tahun kini dijual dengan harga jauh di bawah harga barunya, bahkan ada yang turun lebih dari setengahnya.

Salah satu contoh paling mencolok adalah Hyundai Ioniq 5 tipe Signature Long Range tahun 2023. Mobil listrik yang saat baru diluncurkan dibanderol Rp 844,6 juta kini bisa ditemui di pasaran dengan harga sekitar Rp 460 juta. Artinya, dalam kurun waktu dua setengah tahun, mobil tersebut mengalami penurunan nilai hingga 55 persen.
Fenomena serupa juga terjadi pada Wuling Air ev. Harga bekas city car listrik ini tercatat turun Rp 10–15 juta setiap bulan, membuat konsumen yang membeli dalam kondisi baru berisiko menanggung kerugian cukup besar ketika menjual kembali.
Tak hanya di Indonesia, tren serupa juga terjadi di pasar global. Data menunjukkan mobil listrik bekas di Amerika Serikat dan Eropa kehilangan 40–50 persen nilai hanya dalam 3 tahun pertama. Bahkan, beberapa model Tesla dilaporkan turun hingga hampir separuh harga dalam kurun setahun.
Penyebab Utama
Menurut para pengamat otomotif, ada beberapa faktor yang membuat harga mobil listrik bekas jatuh lebih cepat dibanding mobil konvensional:
- Kemajuan teknologi baterai yang pesat, membuat model lama cepat terasa usang.
- Biaya penggantian baterai yang sangat tinggi, bisa mencapai separuh dari harga mobil.
- Banjirnya model baru dengan harga lebih murah, terutama dari produsen asal Tiongkok.
- Permintaan pasar bekas yang masih terbatas, mengingat jumlah pengguna mobil listrik di Indonesia masih relatif kecil.
Dampak bagi Konsumen
Bagi konsumen, kondisi ini bisa menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi, mereka yang ingin beralih ke mobil listrik kini memiliki lebih banyak pilihan unit bekas dengan harga jauh lebih terjangkau. Namun di sisi lain, pemilik mobil listrik baru harus siap menghadapi nilai jual kembali yang rendah.